Nice Home Work

#NiceHomeWork 2: Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga

Dari total 9 tugas kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional yang biasa disebut NiceHomeWork, entah kenapa saya selalu keteteran di NiceHomeWork kedua ini. Waktu awal saya ikut kelas (yang pada akhirnya remedial, hehehe), NiceHomeWork 2 ini pula yang saya lewat pengerjaannya. Fuuuh.

Alhasil, di kesempatan remedial kali ini, saya mencoba mengulas ulang baik-baik apa sebetulnya bahasan materi dan tugas yang diberikan di NiceHomeWork kedua ini sampai-sampai saya bisa kecolongan tidak mengerjakan. Telisik punya telisik, ternyata bahasan di NiceHomeWork 2 merupakan bahasan yang sudah pada prinsip teknis atau How To, bukan lagi Why. Seluruh calon ibu profesional sudah diharuskan Take Action membumikan tujuan-tujuan mulianya ke dalam indikator-indikator konkrit yang bisa dijadikan panduan untuk aktivitas keseharian. Hm.. rupanya disitulah saya kecolongan.

Akhirnya saya menyimpulkan, bisa jadi.. saya memang ahli mimpi, visi, dan tujuan, tapi belum ahli dalam mengkonkritkan semua itu. Ya Allah.. beruntungnya saya diberikan nikmat sadar semacam ini. Rupanya inilah bagian dari diri saya yang harus ‘masuk bengkel’ dan dibenahi supaya segala visi keren yang sudah melangit itu bisa dibawa kembali ke bumi untuk direalisasikan. Dan tentu saja langkah sederhananya adalah dengan mengerjakan NiceHomeWork 2 ini yang mengharuskan saya membuat How To atas visi saya yang sudah dituangkan di dalam NiceHomeWork 1 yang ada di postingan sebelumnya.

Baiklah kalau begitu. Seperti biasa.. mari kita mulai dengan prinsip: mengikat ilmu dengan tulisan.
Berikut kematerian yang saya peroleh sebelum perintah NiceHomeWork 2 dilayangkan.

***

 

MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGGAAN KELUARGA

 

Apa itu Ibu Profesional?

Mari kita mulai dengan kata ibu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ibu memiliki makna:
1. Perempuan yang telah melahirkan seseorang
2. Sebutan untuk perempuan yang sudah bersuami
3. Panggilan yang takzim kepada perempuan, baik yang sudah bersuami maupun yang belum
4. Bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya), misal: ibu jari
5. Yang utama diantara yang lain, atau yang terpenting, misal: ibu negeri, ibu kota.

Sedangkan kata profesional memiliki makna:
1. Bersangkutan dengan profesi
2. Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, misal: juru masak profesional.

Berdasarkan dua makna tersebut, maka Ibu Profesional adalah seorang perempuan yang:
a. Bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya
b. Senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu, agar bisa bersungguh-sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik.

 

Apa itu Komunitas Ibu Profesional?

Komunitas ibu profesional adalah sebuah forum belajar bagi para perempuan yang senantiasa ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang ibu, istri, dan sebagai individu.

 

MISI Komunitas Ibu Profesional

  1. Meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anak-anaknya.
  2. Meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya sehingga menjadi keluarga yang unggul.
  3. Meningkatkan rasa percaya diri ibu dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini, sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya.
  4. Meningkatkan peran ibu menjadi Agent of Change (agen pembawa perubahan), sehingga keberadaannya membawa perubahan bagi banyak orang.

 

VISI Komunitas Ibu Profesional

Menjadi komunitas pendidikan perempuan Indonesia yang unggul dan profesional sehingga bisa berkontribusi kepada Allah dan negara ini dengan cara membangun peradaban bangsa dimulai dari internal keluarga.

 

Bagaimana tahapan-tahapan menjadi seorang Ibu Profesional?

Ada 4 tahapan yang harus dilalui oleh seorang Ibu Profesional, yaitu:

a. Bunda Sayang (Bunsay)
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anak-anaknya.

b. Bunda Cekatan (Buncek)
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya, sehingga dapat menjadi keluarga yang unggul.

c. Bunda Produktif (Bunpro)
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu, dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini, sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya.

d. Bunda Sholihah (Bunshol)
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan peran ibu sebagai agen pembawa perubahan di masyarakat, sehingga keberadaannya bermanfaat bagi banyak orang.

 

Apa indikator keberhasilan seorang Ibu Profesional?

“MENJADI KEBANGGAAN KELUARGA”

Kalimat di atas adalah satu indikator utama keberhasilan seorang Ibu Profesional, karena anak-anak dan suami kita lah yang paling berhak pertama kali mendapatkan ibu dan istri TERBAIK untuk mereka.

Maka yang perlu ditanyakan adalah sebagai berikut:

Bunda Sayang
a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik oleh ibunya?
b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggia?
c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari selama satu tahun ini?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktikkan bersama anak-anak?

Bunda Cekatan
a. Apakah manajamene pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik?
b. Apakah kita sudah bisa meningkatkan peran kita di rumah? Misal dulu sebagai “kasir keluarga”, sekarang menjadi “manajer keuangan keluarga”. Dulu sebagai “juru masak keluarga”, sekarang jad “manajer gizi keluarga”.
c. Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktikkan dalam mengelola rumah tangga?

Bunda Produktif
a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita?
b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut?
c. Apakah kita merasa menikmati, mudah, dan menjadi yang terbaik (3E: Enjoy-Easy-Excellent) di ranah minat dan bakat kita ini?
d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga?

Bunda Sholihah
a. Nilai-nilai apa saja yang kita perjuangkan dalam hidup ini?
b. Apa yang ingin kita wariskan di muka bumi ini, yang tidak akan pernah mati ketika kita tiada?
c. Program berbagi apa yang akan kita jalankan secara terus menerus?
d. Apakah kita merasa bahagia dengan program tersebut?

Selamat berproses menjadi Ibu Profesional, dan nikmatilah tahapan-tahapan belajar yang kita rasakan selama mengikuti program pendidikan di kelas Matrikulasi Ibu Profesional ini dengan segenap kesungguhan.

Seperti pesan Pak Dodik kepada Ibu Septi untuk meyakinkan beliau tentang pentingnya kesungguhan menjadi seorang ibu, yaitu: “Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu. Tidak ada hukum terbalik.”

Salam Ibu Profesional
Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional

Sumber:
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi keempat, Balai Pustaka, Jakarta, 2008.
Hei, Ini Aku Ibu Profesional, Leutikaprio, cetakan 1, 2012.
Bunda Sayang, Seri Ibu Profesional, Gaza Media, cetakan 1, 2013.
Bunda Cekatan, Seri Ibu Profesional, Gaza Media, cetakan 1, 2014.
Bunda Produktif, Catatan Ikhtiar Menjemput Rizki, Seri Ibu Profesional, J&J Publishing, cetakan 1, 2015.

***

 

NiceHomeWork 2

Setelah memahami tahap awal menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga, langkah selanjutnya yang harus kita lakukan adalah membuat: “CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN”
a. Sebagai indvidu
b. Sebagai istri
c. Sebagai ibu

Rules-nya adalah buat indikator yang kita sendiri bisa menjalankannya.

Untuk yang sudah berkeluarga, tanyakan kepada suami, indikator istri semacam apa sebenarnya yang bisa membuat dirinya bahagia. Jika sudah dikaruniai buah hati, tanyakan juga kepada mereka, indikator ibu semacam apa yang sebenarnya bisa membuat mereka bahagia. Lalu jadikan jawaban mereka sebagai referensi pembuatan checklist kita.

Kunci dari membuat indikator tersebut kita singkat menjadi SMART, yaitu:
– SPESIFIC (unik atau detail)
– MEASURABLE (terukur, mis: dalam 1 bulan, 4 kali sharing hasil belajar)
– ACHIEVABLE (bisa diraih, tidak terlalu sulit tapi juga tidak terlalu mudah)
– REALISTIC (berhubungan dengan kondisi sehari-hari, membumi, tidak ngawang-ngawang)
– TIMEBOND (memiliki batasan waktu yang jelas kapan dimulai, dicapai, dalam rentang waktu sekian)

***

 

NiceHomeWork 2
FEBRIANTI ALMEERA

 

Setelah mendapatkan materi dan NHW 2 di grup kelas Matrikulasi Ibu Profesional, saya mulai membaca dan mencoba meresapi apa-apa yang tertuang dan arah kemana perkembangan diri saya akan dibawa melalui materi dan NHW ini. Disitulah saya menemukan bahwa VISI tetap harus dibarengi dengan AKSI. Jelas, konkret, dan membumi. Sehingga tidak ngawang-ngawang.

Dan disitulah saya menyadari bahwa, “Oh ya.. inilah kelemahan saya!” Visi besar, jauh, dan meletup-letup, tapi sulit konsisten di aksi. Tapi saya tidak boleh kalah dengan kondisi. Tekad saya harus jauh lebih kuat dari kondisi diri saat ini yang masih memiliki peluang untuk berkembang.

Maka malam harinya, di saat Pillow Talk (sesi ngobrol sama suami sebelum tidur), saya memasukkan topik “Aa ingin Neng jadi istri yang seperti apa?” di dalam obrolan ringan kami. Tentu ini menjadi pertanyaan suami, “Dalam rangka apa sayang nanya begini?” Saya cengengesan. Lalu suami pun paham, “NHW dari IIP ya?” Saya mengangguk. Tentu untuk tipe seperti suami saya, sudah ketebak jawabannya akan, “Yang kayak Neng begini sudah bikin Aa bahagia.” Hehehe. Tentu jika di kesempatan lain, bisa jadi saya meleleh dibuatnya. Tapi tidak di kesempatan ini. Di saat itu, saya betul-betul serius ingin tahu sedetail-detailnya, apa yang suami harapkan dari saya sebagai seorang istri. Maka saya mencoba memandu suami, “A.. coba harapan-harapan Aa ke Neng sebagai istrinya dirunut pakai tulisan dan kalau memungkinkan, Aa bisa pakai konsep SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Timebond) juga. Boleh Aa sayang?” Suami saya hampir tidak pernah berkata tidak untuk sesuatu yang ia pahami jelas akan membawa pada kebaikan, termasuk terlibat dalam pengerjaan NHW-NHW saya di kelas Matrikulasi IIP. Maka ia bahkan tidak menjawab, melainkan langsung mengambil HP, membuka aplikasi Notes, lantas mengetikkan sesuatu yang tidak sedikit di dalamnya. Dan saya pun menunggu.

Selang beberapa waktu, HP tersebut diberikan kepada saya, dan tampak layar aplikasi Notes sudah terbuka dengan tumpahan tulisan di dalamnya. Saya excited, kemudian langsung membacanya dengan seksama.

MISI KELUARGA ULUM
Menjadi keluarga entrepreneur yang sadar dan menjadi contoh bukti kesadaran bahwa segala rezeki bersumber dari Allah, didayagunakan di jalan Allah, dan menuju pada kepatuhan atas segala perintah Allah.

Paragraf yang mengawali notes hasil ketikan suami saya adalah TUJUAN KELUARGA dulu. Saya terkesima sekaligu mikir. Terkesima karena betapa suami saya luar biasa. Dia nggak ikutan kelas Matrikulasi Bapak Profesional (karena memang belum ada, hehe), tapi sudah tau bahwa sebelum membuat indikator-indikator, harus ada tujuan terlebih dahulu sebagai muara dari indikator-indikator yang nanti dibuat. Salut sama pak suami. Ngaku deh saya mah nggak ada apa-apanya. Siap dibimbing pokoknya.

Lalu notes tersebut dilanjut dengan harapan.

KEINGINAN SUAMI TERHADAP ISTRI

1. DANDAN UNTUK SUAMI
Spesific: Dandan khusus untuk suami, bukan untuk ngisi acara seminar atau untuk menghadiri undangan.
Measurable: Setidaknya dilakukan 1 kali dalam 2 pekan.
Achievable: Bisa, apalagi dandan atau mendandani adalah hobinya istri.
Realistic: Berhubungan dengan kepuasan hati suami sehari-hari.
Timebond: Semoga bisa merutinkan meskipun usia sudah 60 tahunan kelak.

2. PEMBERI DUKUNGAN ATAS KEPEMIMPINAN SUAMI
Spesific: Memberikan dukungan pada kepemimpinan suami di bisnis berupa mimik wajah bahagia saat ada masalah, dan nada suara yang jenaka meskipun persoalannya serius.
Measurable:
Minimal dilakukan di setiap Office Day (Senin, Rabu, dan Jumat)
Achievable:
Bisa, selama ini sudah terasa dukungannya. Hanya tinggal konsistenkan.
Realistic:
Saat istri sedang sakit, saya maklum jika dukungan itu tidak optimal seperti saat sehat.
Timebond: 
Setidaknya dilakukan sampai menjelang masa HPL nanti.

3. PEMBERI DUKUNGAN BAKTI SUAMI KEPADA ORANGTUA
Spesific:
Membantu/mendukung saat suami akan/sedang berkontribusi untuk keluarga/orangtuanya.
Measurable:
Setidaknya dilakukan satu bulan sekali menjelang pengajian hari Kamis di Subang
Achievable:
Bisa dilakukan dengan menemani suami ke Subang, menganggarkan uang untuk jadwal kunjungan ke Subang, atau dengan mengizinkan suami ke Subang apabila tidak bisa ikut menemani.
Realistic:
Wajar dan umum saat anak mengunjungi orang tuanya.
Timebond:
Selama orang tua masih ada.

Itulah isi notes yang dibuat oleh suami dalam rangka terlibat di pengerjaan NHW saya kali ini. Saya dibuat merenung dan menebak  bahwa berarti.. bisa jadi.. dari 3 poin harapan itu, itulah yang saya belum maksimal kerjakan selama menjadi istri. Kenapa? Ya sederhananya, dari sekian banyak poin, suami saya memilih hanya 3 itu saja. Oke kalau begitu, saya akan menjadikannya sebagai pedoman untuk membuat Checklist Perempuan Profesional sebagai NHW 2 ini. Bismillahirrahmanirrahim..

 

CHECKLIST PEREMPUAN PROFESIONAL
Febrianti Almeera

1. IBADAH UBBUDIYYAH
S: Shalat di awal waktu dan khusyu (fokus, media melatih keselarasan lisan, hati, dan gerak)
M: Setelah terdengar qomat dari masjid terdekat atau paling lama 15 menit setelahnya
A: Bisa dilakukan karena kesibukan saat ini banyaknya di rumah, harus pembiasaan sebelum semakin sibuk setelah melahirkan dan saat bisnis semakin berkembang nantinya
R: Selama ini mengerjakan shalat masih belum ada patokannya sehingga suka mengulur, tapi tentu realistis karena saya tidak mau meninggalkan shalat, hanya tinggal konsistensi awal waktu saja, menerapkan metode Cut Off pada kegiatan yang tidak lebih penting ketika adzan telah selesai berkumandang
T: Mencoba membangun kebiasaan selama sepekan pertama dulu, di jadwal shalat wajib 5 waktu

2. DANDAN UNTUK SUAMI
S: Dandan khusus untuk suami, bukan untuk agenda lain apapun itu. Spesial untuk suami titik
M: 3 kali dalam 1 pekan, misal di hari ngantor di rumah
A: Bisa, sudah dicoba beberapa waktu dan bisa, tinggal konsistensi
R: Selama ini memang sudah suka make up-an, tinggal dikhususkan untuk suami saja
T: Membangun kebiasaan dalam satu bulan ini

“For things to change, I must change first.”

***

 

REVIEW NiceHomeWork 2
CHECKLIST PEREMPUAN PROFESIONAL

Pertama, fasilitator sangat mengapresiasi para Bunda peserta kelas Matrikulasi Ibu Profesional yang berhasil mengalahkan rasa berat untuk mengerjakan NiceHomeWork 2 ini. Kalau di Jawa, ada pepatah yang mengatakan “Ojo kalah karo wegah” alias “Jangan mau kalah dengan rasa malas”. Karena sebenarnya, urusan membuat checklist profesionalisme ini bukan urusan MAMPU atau TIDAK MAMPU, melainkan MAU atau TIDAK MAU. Terbukti kita bisa melakukannya di tengah kesibukan yang luar biasa.

KOMITMEN DAN KONSISTENSI

Dua kata inilah yang akan menjadi kunci keberhasilan kita dalam membuat checklist profesionalisme ini. Buatlah komitmen setahap demi setahap, sesuai dengan kemampuan kita, kemudian belajar istiqomah, dan konsisten lah dalam menjalankannya.

KONSISTENSI kita terhadap sebuah KOMITMEN yang indikatornya kita susun sendiri, akan menjadi pondasi kita dalam menyusun “DEEP HABIT”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dibangun secara terus menerus untuk mendukung aktivitas yang membutuhkan fokus, ketajaman berpikir, dan benar-benar krusial dalam hidup kita. Karena selama ini, entah disadari atau tidak, banyak diantara kita yang memaknai aktivitas sehari-hari mendidik anak dan mengelola keluarga sebagai aktivitas “Shallow Work”, yaitu aktivitas yang dangkal, tidak fokus, penuh distraksi (gangguan-gangguan) sehingga tidak memunculkan perubahan besar dalam hidup kita, bahkan banyak yang cenderung bosan dengan kesehariannya.

Selama ini, status-status dangkal yang terus mengalirdi sosial media seperti Facebook (FB), ditambah puluhan notifikasi whatsapp (WA) sering membuat kita terjebak dalam “Shallow Activities”, yaitu kelihatan sibuk menghabiskan waktu padahal sebenarnya tidak memberikan hasil nyata bagi perubahan hidup kita.

Harapan kami, dengan adanya Checklist Profesionalisme Perempuan ini, para Bunda bisa lebih fokus dalam proses “peningkatan kualitas diri” sebagai perempuan, istri, dan ibu, meski kita menggunakan WA dan FB sebagai kendaraan belajar kita. Sehingga bisa mengubah aktivitas yang dulunya masuk kategori “SHALLOW WORK” menjadi “DEEP WORK”, yaituaktivitas yang memerlukan fokus, ketajaman berpikir, sehingga membawa perubahan besar dalam hidup kita.

Untuk itu, mari kita lihat kembali checklist kita.

1. Apakah kalimat-kalimat di checklist itu sudah SPESIFIK?
Misal: “Akan mengurangi aktivitas gadget selama di rumah” akan lebih baik jika diganti dengan “Setiap harinya, saya akan menentukan Gadget Hours selama 2 jam”.

2. Apakah kalimat-kalimat di cheklist sudah TERUKUR?
Misal: “Menyelenggarakan aktivitas ngobrol di keluarga”, akan lebih baik jika diganti dengan “Sehari minimal menyelenggarakan 1 kali Family Forum (ngobrol) di rumah bersama keluarga.

3. Apakah checklist yang kita buat mudah dikerjakan dengan tambahan sedikit usaha?
Misal: “Setiap 1 hari, saya akan membaca 2 buah buku tentang pendidikan.” Nah, ukur diri kita, apakah hal tersebut mungkin? Karena selama ini, sehari-harinya kita hanya bisa membaca paling banyak 10 halaman. Maka akan lebih baik jika diganti dengan: “Membaca 15 lembar buku parenting setiap harinya.”

Karena begini.. sesuatu yang TERLALU SULIT diraih itu justru akan membuat kita stress dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa. Tetapi jika sesuatu itu juga TERLALU MUDAH diraih, hal tersebut justru akan membuat kita menyepelekan.

Kembali ke istilah Jawa ini, “Gayuk.. gayuk tuna”. Contoh kasus, kita mau ambil mangga di pohon yang posisinya tidak terlalu tinggi, tetapi cukup berusaha dengan satu lompatan saja, mangga itu akan bisa diraih. Tidak juga terlalu pendek, sambil jalan aja kita bisa memetik mangga tersebut. Yang biasanya, kita jadi tidak menghargai proses.

4. Apakah tantangan yang kita buat di Checklist ini merupakan tantangan-tantangan yang kita hadapi sehari-hari?
Misal: kita adalah orang yang sangat susah disiplin selama ini, maka sangat pas jika di checklist kita tulis, “Akan berusaha tepat waktu di setiap mendatangi acara IIP baik offline maupun online. Jadi jelas memang akan menyelesaikan tantangan yang ada selama ini.

5. Apakah kita sudah memberikan batas waktu pada proses latihan ini di checklist yang kita buat?
Misal: “Selama bulan Februari ini, akan membaca 1 buku setiap pekannya.” atau “Akan belajar tepat waktu selama 1 bulan pertama dimulai dari Februari 2017”.

Kelima hal tersebut di atas akan memudahkan kita pada proses evaluasi nantinya.

Setelah checklist dibuat, kita akan mulai melihat seberapa bekerjanya checklist itu untuk perkembangan diri kita. Silakan di print out dan ditempel di tempat yang bisa kita lihat setiap hari. Lalu izinkan pula suami dan anak-anak kita memberikan penilaian sesuai dengan yang kita tentukan. Andaikata pun tidak ada yang mau menilai, maka diri kita lah yang paling berhak menilai perkembangan kita sendiri.

So, berusaha lah untuk JUJUR kepada diri kita sendiri.

Salam Ibu Profesional
Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional

Sumber:
Deep Work, Cal Newport, E Book, akses 30 Oktober 2016
Materi “MENJADI IBU PROFESIONAL” program Matrikulasi IIP, batch 3, 2017
Hasil NiceHomeWork 3, peserta program Matrikulasi IIP Batch 3, 2017

Tinggalkan komentar